Tokoh / Pemain
Awallina Ilmia Khanza sebagai Narator
Dessy Yuliawati sebagai Dessy
Dwi Adha Hidayana sebagai Mbah
Dwi Jambrong
Indri Maulana sebagai Indri ‘si cupu’
Lilis Maryanti sebagai Lilis
M. Faridz Anwarudin sebagai Bapak
(Faridz)
M. Nizam Fauzi sebagai Nizam
Nur M. Aziz sebagai Roh
(Aziz)
Siska Rizki Ananda sebagai Siska
Witsqa Fadhilah Adnan sebagai Ibu (Witsqa)
DIKALA HANTU JATUH CINTA
Bel berbunyi, tanda istirahat. Seperti biasanya Aziz,
seorang roh yang tidak diketahui asal usulnya rutin menengok SMPN 1 Baleendah,
tepatnya kelas 9.3. ada seorang murid yang caludih (cantik, lucu, deh ih!).
Aziz : “Wah! Semakin hari semakin cantik aja tu cewe!
Ah
pesonanya! Sungguh..!”
Perempuan yang dimaksud oleh roh tadi adalah Lilis salah
satu perempuan dari 3 sekawan. 3 sekawan itu terdiri dari Desi, Lilis, dan
Siska. Mereka sudah menjalin persahabatan sangat lama, yakni ± 6 tahun, 7
bulan, 8 minggu, 9 hari, 10 jam, 11 menit, 12 menit dari sekarang.
Dessy : “Pulang nyok!”
Siska : “Ntar dulu dong! Gak liat aku lagi ngapain!”
Lilis : “Ayo, jangan ngaca melulu, ntar tu kaca pecah,
lagi!”
Dessy : “Iya,
kalo aku jadi kaca, pasti aku bakal bosen! Soalnya yang diliat tuh wajah kamu
terus.”
Dessy & : “Hahahaha...!”
Lilis
Siska : “Ih! Yaudah ayo pulang.”
Mereka pun pulang bersama-sama. Aziz yang hanya seorang
roh biasa, merasa tak kuasa lagi untuk berlama-lama hanya mengintip saja dari
kejauhan. Hasratnya untuk bisa berbicara langsung sangat bergejolak, hingga
membawanya ke orang pintar. Orang ini sangat pintar, pintarnya gak ketulungan.
Saking pintarnya, orang pintar ini membentuk POPS (Perkumpulan Orang Pintar
Sedunia). Orang pintar ini bernama “Mbah Dwi Jambrong”.
Dwi : “Hehehe..! Roh muda ada apa kau kemari?”
Aziz : “Kakek tua saya ingin ...”
Dwi : “Kakek! Kakek! Emangnya gua kakek lu?
Pake
embel-embel tua lagi!”
Aziz : “Maaf, om! Eh.. Apalah terserah!
Begini, saya adalah seorang roh
yang sedang jatuh cinta pada sesosok manusia! Bagaimanakah cara agar saya dapat
memberikan cinta yang tulus ini kepada orang yang dimaksud.”
Dwi : “Oh,
begitu ya? Penyelesaianya mudah sekali, dengan ‘magic’ saya akan merubah kamu
menjadi manusia.”
Aziz : “Manusia?”
Dwi : “Iya, manusia! Supaya kamu bisa mendekatinya.
Ada
pantrangannya nih!
Kamu
gak boleh bilang sumpah, sumpah apapun!”
Aziz : “Oh, baiklah!”
Dwi : “Ayo kemari!
Jampe-jampe
harupat geura gede geura lumpat.
Fuuhh!”
Nizam : “Akhirnya aku bisa terbebas juga dari kain yang
bau apek ini.”
Dwi : “Hah? Sungguh tampannya dirimu!
Kusesali mengapa tak semenjak kuubah
diriku agar setampan Dude Herlino, atau sekeren Eza Gionino.”
Nizam : “Sebegitunyakah? Benarkah ini diriku?
Sampai-sampai
aku pangling dengan wajah baru ini.
Tapi,
keren lah! Lumayan! Untung hasilnya gak kaya mbah ini.
Hehe..”
Dwi : “Dasar
anak muda! Ngomong-ngomong mana... (isyarat meminta uang). Uang, uang!”
Nizam : “Oya, hampir saja lupa!
Mohon
diterima, ya, apa adanya, mbah!
Ini
mbah uangnya!
Makasih
mbah buat semuanya. Hehe..”
Tanpa diketahui bagaimana cara dan prosesnya, Aziz
memutuskan untuk mengubah namanya menjadi Nizam, dan bersekolah di SMPN 1
Baleendah.
Nizam : “Akhirnya
aku bisa bersekolah disini, aku tetap harus menjalankan misi utamaku yaitu
yaitu mendekati wanita perempuan itu.”
Nizam berbicara sendiri sambil berjalan. Namun, tak
disangka-sangka, ada seorang gadis yang menghadangnya.
Indri : “Heh, kamu! Murid baru?”
Nizam : “I..iya! Saya murid baru.”
Indri : “Kalo begitu ... boleh kenalan dong!”
Nizam : “Bo..bo..boleh! Saya Nizam! Kamu?”
Indri : “Oh, Nizam! Saya Indri dari kelas 9.3. Kalau
kamu?”
Nizam : “Sama dong.”
Indri : “Masuk kelas sama-sama, yuk!”
Nizam : “Ayo!”
Setibanya Nizam di kelas, semua mata tertuju padanya,
kecuali satu, Lilis! Perempuan yang mengisi kekosongan hatinya.
Siska : “Ahh!
Keren banget tu cowok! Gue harus berhasil ngegaet dia, titik!”
Dessy : “Ouw,
keren juga! Tapi menurut aku sih masih dibawah standar Desi gituh!”
Siska : “Dibawah
standar? Standar apa? Standar mobil, motor, atau sepeda?”
Dessy : “Emangnya
mobil ada standarnya?”
Siska : “Oh,
iya ya. Aku lupa. Hehe..”
Dessy : “Dasar!
Siska! Siska! Eh, tu cowok datang ama si cupu Indri cunguk!”
Lilis : “Kalian
berdua ngebahas apaan sih? Kok heboh banget?”
Dessy : “Si murid baru itu, tuh!”
Siska : “Si ganteng!”
Lilis : “Oh, biasa aja ah!”
Siska : “Woi! Samperin mereka yuk?
Woi,
cupu! Lo bawa siapa?”
Indri : “A..a..anak baru!”
Nizam : “Hei, ngomong pikir dulu, namanya Indri, bukan
cupu cunguk!”
Dessy & : “Uhh..!”
Lilis
Siska : “Waktu marah, makin keliatan ganteng aja deh!
Ngomong-ngomong
nama kamu siapa?”
Nizam : “Aku Nizam, puas! (meninggalkan Siska)
Dahh!
Ayo, ndri!”
Bel mulai pelajaran berdering. Para siswa-siswi masuk ke
kelasnya masing-masing. Pelajaran pun berlalu hingga berbunyinya bel istirahat.
Nizam hanya duduk-duduk sambil ngobrol dengan Indri, tetapi matanya selalu termagnet
kepada perempuan istimewa, “LILIS”.
Nizam : “Tadi pelajarannya cukup pusing, ya!”
Indri : “Iya! Hehe..”
Lilis dan kawan-kawan berjalan didepan Nizam, dan nizam
hanya memandang terpaku kepada Lilis.