Jumat, 09 Mei 2014

Tahun Baru

Bismillah…
Apa kabar, kawan-kawan? Semoga selalu sehat yaaaaa J
Tahun baru memang telah lama berlalu. Namun belum lengkap rasanya jikalau belum berbagi cerita dengan readers semua.
Ooffff!
 Tidak begitu mengasyikkan, itu ekspektasiku. Kami hanya diberi libur 1 hari. Maklum anak TOMER, belum lah kami dapat jatah liburan panjang kami, dikarenakan belum saatnya kami mendapatkan libur musim dingin atau disebut juga libur semesteran.
Tepat tanggal 2 Januari 2014, kami pergi ke Hacettepe University seperti biasanya. Belajar, sepertinya biasanya? Tidak, ada sedikit out of track, di jam-jam terakhir pelajaran hocamiz (dibaca: hojameuz, arti: guru kami) memberikan secarik kertas, yang paling atasnya telah beliau beri tulisan. Beberapa kalimat yang kulihat.
Ternyata, beliau memberikan instruksi kurang lebih seperti ini: “dipojok atas, telah saya tuliskan nama dari masing-masing kalian. Dan kalian sekarang, diharuskan menulis diatas kertas milik orang lain, tuliskanlah harapan kalian untuk teman kalian tersebut.”
Kurang begitu paham memang ketika beliau memberikan instruksi tersebut, maklum Bahasa Turki nya belum professional :P hehehe
Langsung saja saya pasang action, dan disitu saya mengerti. Ya, saya tuliskan pesan untuk teman-teman saya diatas kertas-kertas itu. Pena pun mulai berdansa bagai hilang arah, dengan seluruh kegembiraan saya tulis.
Nah berikut ini adalah harapan-harapan dan catatan kecil dari guru dan teman-teman sekelas untuk saya J

















Terima Kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya hanya ingin sharing pengalaman.

»»  Read More...

Kamis, 01 Mei 2014

[Diary] Tragedi di Awal Kedatanganku

Bismillah…
Apa kabar, kawan-kawan? Semoga selalu sehat yaaaaa J
Mau sedikit cerita nih.
Sebagai “bule” di negara asing tentunya terasa menyenangkan. Sebenarnya, tak sepenuhnya seperti itu. Sebagai bule, kita memang diperlakukan istimewa, namun terkadang diacuhkan karna dianggap tidak tahu apa-apa, contoh seringnya adalah dianggap tidak mengerti Bahasa mereka. Dari mulai perilaku kikuk sampai memalukan tak dapat dipungkiri adanya, terus saja terjadi disaat yang tak terduga-duga. Namun, prinsip “Bule tak pernah salah”, yang aku beserta kedua temanku aplikasikan semenjak kedatangan kami di negeri dua benua (Turki) ini, bisa dikatakan 89,99% manjur. Ya, seperti yang telah kukatakan sebelumnya, bule memang tak pernah salah, namun hobinya mempermalukan diri sendiri.

Sedotan (Indonesian), Straw (English), Pipet (Turkish)

Pikiranku melayang menuju awal kedatangan ke Turki. Berselang kira-kira 2 sampai 3 bulan setelah menetap di Turki ini, membuatku yang sudah terdaftar kedalam kelas Persiapan Bahasa (Bahasa Turki) atau yang biasa disebut TOMER ini sedikit banyak mengerti Bahasa Turki. Suatu hari selepas TOMER, aku beserta kedua temanku melesat menuju pusat kota Ankara dan berencana untuk mengisi perut yang sudah berdendang riuh rendah ini dengan makanan lezat khas Arab yang menjadi favorit kami semenjak kami di Turki. Dari pesanan seluruh pessanan kami, ada keganjilan yang aku sadari. Kami diberi minuman dingin tanpa sedotan. Alih-alih aku beranjak dari kursiku untuk menemui pelayan maupun chefnya. Namun sesampainya aku dihadapan mereka, aku terdiam membisu. Bingung, apa yang harus kukatakan, aku sama sekali tidak mengetahui apa Bahasa Turki nya sedotan. Bagai bidak catur yang sudah terlanjur skak mat, aku mengangkat kedua lengan tanganku, menaikkannya sejajar dengan wajahku. Tanpa pikir panjang, tanganku melambai-lambai bagai memegang gelas, dan memonyongkan bibir sambil menghirup-hirup dengan harapan mereka mengerti bahwa yang aku maksudkan adalah sedotan. Iya, inilah satu-satunya jalan terakhir yang bisa dikatakan paling ampuh, body language. Tak dapat lagi kubayangkan bagaimana malunya diriku. Aku sudah mengatakan, “Yang buat minum itu apa?”, tetap saja pelayan dan chef di restoran kecil itu tidak memahami maksudku, dengan penuh rasa penasaran berkata,
“Ayo sebutkan, kamu mau apa?”, ujarnya sedikit tidak bersabar.
Handphone? Sayangnya, aku meletakkan handphoneku bersama kedua temanku itu. Mana sempat aku ambil handphone hanya untuk mengecek apa Bahasa Turki dari sedotan. Beberapa detik keheningan menyelimuti restoran kecil atau yang biasa disebut lokanta itu. Entah darimana muncul, bapak chef tersebut mendapatkan ilham atas apa yang aku inginkan. Tepat sekali, ia menunjuk kea rah sedotan yang rapi tersembunyi disimpan dibawah meja-meja. Jelas saja aku tak melihat sedikitpun potongan keberadaan sedotan tersebut. Dengan penuh keramahan ia meminta ku untuk mendekat,
“Bunun adi pipet. Tamam? Pi….pet. Unutma.1”, ujarnya sembari menegaskan berkali-kali.
Tepat setelah hari itu, aku tak pernah lupa apa bahasa Turki nya sedotan…. J

Note:
1 Namanya adalah sedotan. Mengerti? Se…do…tan. Jangan lupa

Terima Kasih. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya hanya ingin sharing pengalaman.
»»  Read More...