Kamis, 25 Agustus 2016

Menjawab 'Kapan Menikah'?

Akhir-akhir ini media sosial cukup ramai dikunjungi oleh   asupan curahan hati dari  para pemilik sosmed tentang suatu hal.Sesuatu yang tak sedikit orang menjadikannya sebagai polemik hati dan jiwa dan pada akhirnya menimbulkan efek bawa perasaan (baca:baper) ;ialah Menikah.
Kata sebagian orang,menjelang lebaran seperti sekarang ini banyak vitamin yang harus disuntikkan dalam tubuh agar dapat 'sehat' menjawab sebuah pertanyaan dari sanak kerabat,keluarga atau teman karib saat kumpul bareng silaturahim.
Sebuah pertanyaan;
"kapan menikah?"
Mungkin tidak banyak orang yang bisa mudah merangkai kata renyah untuk si penanya tentang ikhwal 'kapan menikah'. Akan ada saja yang grogi, salah tingkah sendiri atau juga mencari jurus jitu mengalihkan topik pembicaraan.Akan tetapi juga tak sedikit mereka yang masih jomblo sangat mudah menjawab pertanyaan tersebut. Ibarat seorang pengemudi dijalan tol yang lancar tanpa hambatan mengendarai mobilnya,seperti itupula jawaban demi jawaban mengalir deras tak ada yang menghambat.
Lantas,apa perbedaan diantara kedua kondisi tersebut dengan sebuah pertanyaan  yang sama "Kapan Menikah?"
Yang berbeda mungkin hanya beberapa hal  saja. Tetapi dari hal-hal inilah  justru akan menentukan 'nasib perasaan' bahkan pada  'kejiwaan' kita masing-masing.
Yang pertama,
Ialah KELAPANGAN JIWA agar menerima setiap detik keputusaNya walau usia  telah matang,walau studi  usai dan gelar akademisi telah berjejer rapi dan panjang,bahkan walau kesiapan mental  telah ditanam berbulan-bulan,berhari-hari untuk segera menggenapkan separuh addien.Akan tetapi,jika lembar taqdir dariNya tentang jodoh kita belum ditemukan.Lalu kita mau bilang apa?
Maka  yang kedua
Barangkali saja yang dibutuhkan  adalah KEBENINGAN PIKIR. Sebab perihal menikah bukanlah  cerita tentang siap atau tidak,mapan atau tidak,mental atau tidak,Tetapi pada bagaimana kita membangun ikhlas dan merajut husnudzon pada  Sang Pemilik Takdir. Agar kelak akan ada waktu,orang dan cara yang paling tepat disiapkan untuk kita masing-masing.
Yang ketiga,
 Ialah KETENANGAN QALBU agar
 diceraikannya jarak antara  kau dan dia hingga tak ada nista  yang tercipta dari tiupan Syetan walau dengan alasan taarufan padahal pacaran.
Wana'udzubillah.
 Dan yang keempat,
KESIBUKAN PADA RUTINITAS,kadangkala menjadi sok sibuk pada diri sendiri atau mengurus urusan ummat,mengajak orang lain dalam kebaikan dan ketaatan sangat-sangat dibutuhkan agar gejolak baper kita dapat istirahat atau bahkan mati suri. Bukan berarti anda tidak berpikir lagi untuk menikah,tetapi seperti yang disebutkan diawal ,karena mindset benar-benar telah bening maka tentu saja kita tak lagi disibukkan dengan mencari cara agar dekat dengan si jodoh walau harus lewat jendela,kita tak lagi disibukkan dengan kegalauan status karena curhat yang 'ala-ala'.

Menyibukkan diri  tanpa harus sibuk dengan urusan jodoh  tentang siapa orangnya,kapan dan bagaimana nantinya. Menyibukkan diri untuk menjadi lebih baik meski celah kekurangan masih saja tumbuh dimana-mana. Menyibukkan diri untuk menjadi sebaik-baik insan Ilahi yang ridho dan taat pada setiap ketetapanNya.
Hingga akhirnya kita akan siap menjawab kapan menikah.