Akhir-akhir ini media sosial cukup ramai
dikunjungi oleh asupan curahan hati
dari para pemilik sosmed tentang suatu
hal.Sesuatu yang tak sedikit orang menjadikannya sebagai polemik hati dan jiwa
dan pada akhirnya menimbulkan efek bawa perasaan (baca:baper) ;ialah Menikah.
Kata sebagian orang,menjelang lebaran
seperti sekarang ini banyak vitamin yang harus disuntikkan dalam tubuh agar
dapat 'sehat' menjawab sebuah pertanyaan dari sanak kerabat,keluarga atau teman
karib saat kumpul bareng silaturahim.
Sebuah pertanyaan;
"kapan menikah?"
Mungkin tidak banyak orang yang bisa mudah
merangkai kata renyah untuk si penanya tentang ikhwal 'kapan menikah'. Akan ada
saja yang grogi, salah tingkah sendiri atau juga mencari jurus jitu mengalihkan
topik pembicaraan.Akan tetapi juga tak sedikit mereka yang masih jomblo sangat
mudah menjawab pertanyaan tersebut. Ibarat seorang pengemudi dijalan tol yang
lancar tanpa hambatan mengendarai mobilnya,seperti itupula jawaban demi jawaban
mengalir deras tak ada yang menghambat.
Lantas,apa perbedaan diantara kedua kondisi
tersebut dengan sebuah pertanyaan yang
sama "Kapan Menikah?"
Yang berbeda mungkin hanya beberapa
hal saja. Tetapi dari hal-hal
inilah justru akan menentukan 'nasib
perasaan' bahkan pada 'kejiwaan' kita
masing-masing.
Yang pertama,
Ialah KELAPANGAN JIWA agar menerima setiap
detik keputusaNya walau usia telah
matang,walau studi usai dan gelar
akademisi telah berjejer rapi dan panjang,bahkan walau kesiapan mental telah ditanam berbulan-bulan,berhari-hari
untuk segera menggenapkan separuh addien.Akan tetapi,jika lembar taqdir dariNya
tentang jodoh kita belum ditemukan.Lalu kita mau bilang apa?
Maka
yang kedua
Barangkali saja yang dibutuhkan adalah KEBENINGAN PIKIR. Sebab perihal
menikah bukanlah cerita tentang siap
atau tidak,mapan atau tidak,mental atau tidak,Tetapi pada bagaimana kita
membangun ikhlas dan merajut husnudzon pada
Sang Pemilik Takdir. Agar kelak akan ada waktu,orang dan cara yang
paling tepat disiapkan untuk kita masing-masing.
Yang ketiga,
Ialah KETENANGAN QALBU agar
diceraikannya jarak antara kau dan dia hingga tak ada nista yang tercipta dari tiupan Syetan walau dengan
alasan taarufan padahal pacaran.
Wana'udzubillah.
Dan
yang keempat,
KESIBUKAN PADA RUTINITAS,kadangkala menjadi
sok sibuk pada diri sendiri atau mengurus urusan ummat,mengajak orang lain
dalam kebaikan dan ketaatan sangat-sangat dibutuhkan agar gejolak baper kita
dapat istirahat atau bahkan mati suri. Bukan berarti anda tidak berpikir lagi
untuk menikah,tetapi seperti yang disebutkan diawal ,karena mindset benar-benar
telah bening maka tentu saja kita tak lagi disibukkan dengan mencari cara agar
dekat dengan si jodoh walau harus lewat jendela,kita tak lagi disibukkan dengan
kegalauan status karena curhat yang 'ala-ala'.
Menyibukkan diri tanpa harus sibuk dengan urusan jodoh tentang siapa orangnya,kapan dan bagaimana
nantinya. Menyibukkan diri untuk menjadi lebih baik meski celah kekurangan
masih saja tumbuh dimana-mana. Menyibukkan diri untuk menjadi sebaik-baik insan
Ilahi yang ridho dan taat pada setiap ketetapanNya.
Hingga akhirnya kita akan siap menjawab
kapan menikah.