Bersama Yusuf Mansur
Purwokerto, 7 April 2016
Zaman dulu kala orang tua kita tidak
mengenal yang namanya parenting, tidak bingung dengan sistem pendidikan,
metodologi dan sebagainya. Namun banyak menghasilkan anak-anak yang hebat
Rahasia mereka adalah intensifnya interaksi
mereka dengan Allah, mereka banyak berdo'a di sujud-sujud sholat malam mereka,
mendo'akan anak dengan khusyu, kalau punya hajat mereka banyak sedekah, kalau
anak ujianpun mereka puasa.
Jika kita mau sesuatu kita dekatin yang
punya barang itu. Kita tahu bahwa dunia ini seluruhnya milik Allah. Maka kalau
kita punya perlu terhadap dunia, ya seharusnyalah kita dekati yang punya dunia;
ALLAH.
Ini juga menjawab pertanyaan kenapa kalau
butuh apa-apa saya nyaraninnya perbanyak do'a, perbanyak ngaji, perbanyak
puasa, perbanyak sedekah.
Mengenai ketawakalan, adalah bagaimana kita
menyerahkan segala keperluan kita kepada Allah, usaha kita adalah bagaimana
memenuhi hak Allah. Kalau kita memenuhi hakNya, insya Allah, Allah yang datang
pada kita memberi dunia
Jika kita memasrahkan urusan kita kepada
Allah, apalagi untuk urusan anak kita. Kita pasrahkan, percayakan anak kita
kepada Allah!
Kita malah lebih percaya pada makhluk, pada
gurunya, pada kepala sekolahnya, mau dikasih materi apa, sistem apa, yang
penting berangkat saya antar pulang saya jemput.
Kita kurang dekat dengan Allah, jarang
berdo'a menitipkan anak kita pada Allah. Jangan-jangan anak kita masih terjaga
sampai hari ini hanya karena do'a di sholat malamnya nenek dan kakeknya.
Kita harus mencontoh sikap nabi Ibrahim
terhadap anak dalam surat Ibrahim,14 : 39-41
- Bersyukur
dan memuji Allah atas karunia anak yang begitu besar
- Percaya
bahwa Allah Maha Mendengar dan mengijabah do'a
- Senantiasa
berdo'a untuk anak dan cucu agar selalu taat pada Allah, salah satunya
adalah agar mereka termasuk orang-orang yang tetap mendirikan sholat
- Berdo'a
mohon ampun atas dosa diri sendiri, dosa orang tua dan semua orang yang
beriman pada hari penghisaban
Saatnya kita memperbaiki diri seperti apa
kualitas diri kita. Sudahkah semua jasad kita, kita bersihkan dari hal-hal yang
buruk.
Lisan kita sering ghibah, membicarakan
keburukan orang, menghina, bicara kotor, lisan itulah yang kita pakai untuk
memanggil, berbicara dengan anak kita.
Wajarlah jika ketika dipanggil anak kita
sulit sekali merespon. Bukan, bukan telinga anak kita yang rusak, tapi
frekuensi lisan kita yang tidak punya kekuatan, tidak pas.
Mari setel ulang frekuensi jasad kita
dengan mendekatkan diri pada Allah. Sehingga apa yang kita bicara seakan-akan
Allah yang mengatakan, tangan kita ketika memegang, seakan-akan Allah yang
menyentuh, mata kita ketika melihat, seolah Allah yang memandang, kaki kita
ketika berjalan, seolah-olah Allah yang melangkah.
Jangan menyibukan diri dengan orang-orang
yang suka dzolim terhadap diri kita. Biarkan saja. Kita sibukan diri kita
dengan mendekatkan diri padaNya. Biarkan mereka yang berhadapan dengan Allah.
Maka Allah akan menjadikan mereka saling bermusuhan antar sesamanya, dan
mengeluarkan kita dalam pertempuran tersebut dengan aman.
Anak kita hari ini dari kecil adalah
anak-anak "digital native". Anak-anak yang sudah otomatis bisa
ngotak-ngatik gadget. Kenapa? Karena ibu bapaknya juga semenjak dia di
kandungan sudah pada megang HP.
Kalau mau anak kita menjadi "Qur'an
native", ayo ibu bapak, semenjak anak di kandungan kita pegang Al-Qur'an!!
Semoga kita semua terus belajar mendekatkan
diri dengan Allah. Ayah ngajak ibu sholat, ibu bangunin anak sholat, ayah ibu
anak bareng-bareng tilawah. Insya Allah di tengah-tengah mereka hadir malaikat.
Ayah berdo'a, ibu mengaminkan. Ibu berdo'a
ayah mengaminkan. Insya Allah do'anya naik di upload ke server pusat, maka
Allah akan men-download keperluan kita dengan berlimpah.
Wallahu'alam...
Sekilas yang bisa dicatat dari ceramah
Ustadz Yusuf Mansur.