Kamis, 08 September 2016

QURANIC PARENTING

Bersama Yusuf Mansur
Purwokerto, 7 April 2016

Zaman dulu kala orang tua kita tidak mengenal yang namanya parenting, tidak bingung dengan sistem pendidikan, metodologi dan sebagainya. Namun banyak menghasilkan anak-anak yang hebat
Rahasia mereka adalah intensifnya interaksi mereka dengan Allah, mereka banyak berdo'a di sujud-sujud sholat malam mereka, mendo'akan anak dengan khusyu, kalau punya hajat mereka banyak sedekah, kalau anak ujianpun mereka puasa.
Jika kita mau sesuatu kita dekatin yang punya barang itu. Kita tahu bahwa dunia ini seluruhnya milik Allah. Maka kalau kita punya perlu terhadap dunia, ya seharusnyalah kita dekati yang punya dunia; ALLAH.
Ini juga menjawab pertanyaan kenapa kalau butuh apa-apa saya nyaraninnya perbanyak do'a, perbanyak ngaji, perbanyak puasa, perbanyak sedekah.
Mengenai ketawakalan, adalah bagaimana kita menyerahkan segala keperluan kita kepada Allah, usaha kita adalah bagaimana memenuhi hak Allah. Kalau kita memenuhi hakNya, insya Allah, Allah yang datang pada kita memberi dunia
Jika kita memasrahkan urusan kita kepada Allah, apalagi untuk urusan anak kita. Kita pasrahkan, percayakan anak kita kepada Allah!
Kita malah lebih percaya pada makhluk, pada gurunya, pada kepala sekolahnya, mau dikasih materi apa, sistem apa, yang penting berangkat saya antar pulang saya jemput.
Kita kurang dekat dengan Allah, jarang berdo'a menitipkan anak kita pada Allah. Jangan-jangan anak kita masih terjaga sampai hari ini hanya karena do'a di sholat malamnya nenek dan kakeknya.

Kita harus mencontoh sikap nabi Ibrahim terhadap anak dalam surat Ibrahim,14 : 39-41
  1. Bersyukur dan memuji Allah atas karunia anak yang begitu besar
  2. Percaya bahwa Allah Maha Mendengar dan mengijabah do'a
  3. Senantiasa berdo'a untuk anak dan cucu agar selalu taat pada Allah, salah satunya adalah agar mereka termasuk orang-orang yang tetap mendirikan sholat
  4. Berdo'a mohon ampun atas dosa diri sendiri, dosa orang tua dan semua orang yang beriman pada hari penghisaban

Saatnya kita memperbaiki diri seperti apa kualitas diri kita. Sudahkah semua jasad kita, kita bersihkan dari hal-hal yang buruk.
Lisan kita sering ghibah, membicarakan keburukan orang, menghina, bicara kotor, lisan itulah yang kita pakai untuk memanggil, berbicara dengan anak kita.
Wajarlah jika ketika dipanggil anak kita sulit sekali merespon. Bukan, bukan telinga anak kita yang rusak, tapi frekuensi lisan kita yang tidak punya kekuatan, tidak pas.
Mari setel ulang frekuensi jasad kita dengan mendekatkan diri pada Allah. Sehingga apa yang kita bicara seakan-akan Allah yang mengatakan, tangan kita ketika memegang, seakan-akan Allah yang menyentuh, mata kita ketika melihat, seolah Allah yang memandang, kaki kita ketika berjalan, seolah-olah Allah yang melangkah.
Jangan menyibukan diri dengan orang-orang yang suka dzolim terhadap diri kita. Biarkan saja. Kita sibukan diri kita dengan mendekatkan diri padaNya. Biarkan mereka yang berhadapan dengan Allah. Maka Allah akan menjadikan mereka saling bermusuhan antar sesamanya, dan mengeluarkan kita dalam pertempuran tersebut dengan aman.
Anak kita hari ini dari kecil adalah anak-anak "digital native". Anak-anak yang sudah otomatis bisa ngotak-ngatik gadget. Kenapa? Karena ibu bapaknya juga semenjak dia di kandungan sudah pada megang HP.
Kalau mau anak kita menjadi "Qur'an native", ayo ibu bapak, semenjak anak di kandungan kita pegang Al-Qur'an!!
Semoga kita semua terus belajar mendekatkan diri dengan Allah. Ayah ngajak ibu sholat, ibu bangunin anak sholat, ayah ibu anak bareng-bareng tilawah. Insya Allah di tengah-tengah mereka hadir malaikat.
Ayah berdo'a, ibu mengaminkan. Ibu berdo'a ayah mengaminkan. Insya Allah do'anya naik di upload ke server pusat, maka Allah akan men-download keperluan kita dengan berlimpah.
Wallahu'alam...

Sekilas yang bisa dicatat dari ceramah Ustadz Yusuf Mansur.