Di Tiongkok ada cerita lama yang hidup
ditengah masyarakat. Cerita itu berkaitan dengan hubungan antara mantu wanita
dan mertua wanita. Keduanya wanita dan keduanya punya ego sama. Ya sama sama
berhak atas pria yang ada didekatnya. Bagi mertua, pria suami wanita itu adalah
putra yang lahir dari rahimnya dan dia berhak penuh atas pria itu. Namun bagi
wanita sebagai istri dari pria itu merasa berhak terhadap pria itu karena Tuhan
telah mentakdirkan pria itu bagian dari jiwanya. Karena ego tersebut maka
menjaga keseimbangan hubungan antara mertua dan mantu, memang tidak mudah.
Lantas bagaimana agar hubungan kedua wanita yang masing masing punya ego yang
besar itu dapat terkendali dan akhirnya menjadi saling mengasihi? Cerita inilah
yang menjawab pertanyaan itu. Ya seperti cerita inspirasi. Tersebutlah seorang
menantu yang merasa tidak nyaman hidupnya ketika mertua perempuannya tinggal
bersamanya. Dia tidak bisa menolak kehadiran mertua perempuannya itu walau
setiap hari mertua perempuanya selalu mengatur hidupnya dan suaminya. Rumah
tangga sepenuhnya dibawah kendali mertuanya. Ada perasaan marah , kecewa karena
dilecehkan sebagai istri. Bagi wanita itu , satu satunya yang akan membuat
hidupnya nyaman adalah bila mertuanya tidak ada lagi disisinya. Itu tidak
mungkin dengan cara mengusir karena suaminya pasti tidak mengizinkan.
Maka cara yang ditempuh adalah dengan
meracuni mertuanya. Wanita itu mendatangi seorang tabib hebat untuk membuat racun mematikan
secara berlahan lahan. Sang tabib memberikan ramuan untuk dicampur kedalam
minuman teh dengan berpesan bahwa dia harus bersikap baik dan berprasangka baik
dengan mertuanya agar tidak menimbulkan kecurigaan. Tentu dia harus membuat
sendiri teh itu dan memberikan dengan senyuman indah agar tidak terkesan
meracuni. Selama rentang menanti kematian mertuanya, wanita itu selalu menjaga
laku dengan baik. Apapun yang dikatakan oleh mertuanya disikapinya dengan
prasangka baik. Apapun sikap mertuanya yang selama ini membuat dia tertekan dan
terhina, disikapinya dengan prasangka baik. Akibatnya mertuanya bisa berubah
menjadi lebih bijak. Lebih sayang kepadanya. Suasana menjadi begitu indah
karena satu sama lain saling berprasangka baik. Karena itulah, dia ingin
keadaan ini dipertahankan. Dia tak ingin mertuanya mati namun apa daya ramuan
racun telah bersemayam ditubuh mertuanya.
Namun ketika dia datang ke tabib itu untuk melunturkan racun, tabib itu
berkata bahwa tidak ada racun sesungguhnya. Racun itu hanyalah bualan tabib
untuk memberikan keyakinan kepada wanita itu merubah sikap agar selalu
berprasangka baik. Tabib itu bijak. Ia tahu bahwa masalah ada pada wanita itu,
dan bukan pada mertuanya.
Kita dan prasangka kita adalah dua hal yang
berbeda. Jadi, kita bukanlah prasangka itu sendiri. Oleh karena itu, kita tidak
boleh larut di dalam prasangka, tetapi harus mengendalikannya. There is nothing
good or bad, only thinking makes it so. Prasangka mempengaruhi hidup kita. Ia
sering kali menjadi kenyataan dalam kehidupan. Apabila kita berprasangka baik
pada seseorang, maka ia akan benar-benar menjadi baik terhadap kita, karena
tanpa kita sadari alam bawah sadar kita menuntun kita untuk memperlakukan dia
secara baik-baik. Tetapi sebaliknya, orang yang sebenarnya baik kepada kita,
tetapi karena kita berprasangaka bahwa dia adalah orang yang membenci kita,
maka prasangka tersebut akan benar-benar menjadi kenyataan; dia akan membenci
kita., karena tanpa kita sadari , alam bawah sadar kita menuntun kita untuk
memperlakukan dia sebagai orang yang membenci kita. Karena prasangka buruk
itulah mengakibatkan persaudaraan berubah menjadi kebencian, kesetiakawanan
berubah menjadi permusuhan, dan antar Partai saling berseteru. Anggota partai
saling menghujat dan menjatuhkan. Tidak ada lagi kedamaian. Karena cinta
berubah menjadi benci. Cemburu buta berujung maut atau perceraian. Benci
berubah menjadi prahara, yang kadang berujung kepada fitnah, dan membunuh.
Sangat buruk sekali dampak dari prasangka
buruk ini. Prasangka buruk telah mengorbankan banyak hal, baik dalam kehidupan
pribadi maupun masyarakat. Kemalasan, pesimis dalam menatap masa depan, dan
ketidakberdayaan sering kali merupakan reaksi pikiran bawah sadar atas
prasangka buruk seseorang yang telah dia tanamkan pada dirinya sendiri.
Prasangka buruk benar-benar menjadi penghalang spesifik terhadap kemajuan
dirinya. Karena sukses seseorang karena
berprasangka baik atau berpikir positive atau selalu optimis. Orang bijak
berkata bahwa optimism is the most important human trait, because it allows us
to evolve our ideas, to improve our situation, and to hope for a better
tomorrow. Makanya Allah melarang kita untuk berprasangka buruk kepada siapa
pun, termasuk kepada diri kita sendiri. Firman Allah Swt.,”Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa...QS.49:12). Ingatlah Sabda Rasul “ Aku peringatkan kepada
kalian tentang prasangka, kerana sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang
paling bohong, dan janganlah kalian berusaha untuk mendapatkan informasi tentang
keburukan dan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan pula saling dengki,
saling benci, saling memusuhi, jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (H.R
Bukhari, no (6064) dan Muslim, no (2563). Ya, prasangka baik adalah sikap hidup
positip yang didasarkan kepada keikhlasan berbuat dan bersikap karena cinta dan
kasih sayang.