🍵
Tingkat terbawah dalam ilmu itu adalah "paham".
Ini wilayah kejernihan logika berfikir dan
kerendahan hati. Ilmu tidak membutakannya, malah menjadikannya kaya.
Tingkat ke dua terbawah adalah "kurang
paham".
Orang kurang paham akan terus belajar
sampai dia paham ..., dia akan terus bertanya untuk mendapatkan simpul2
pemahaman yang benar ...!
Naik setingkat lagi adalah mereka yang salah
paham. Salah paham itu biasanya karena emosi dikedepankan, sehingga dia tidak
sempat berfikir jernih. Dan ketika mereka akhirnya paham, mereka biasanya
meminta maaf atas kesalah-pahamannya. Jika tidak, dia akan naik ke tingkat
tertinggi dari ilmu.
Nah, tingkat tertinggi dari ilmu itu adalah
gagal paham. Gagal paham ini biasanya lebih karena kesombongan.
Karena merasa berilmu, dia sudah tidak mau
lagi menerima ilmu dari orang lain.
Tidak mau lagi menerima masukan dari
siapapun (baik itu nasehat dll ), atau pilih-pilih hanya mau menerima ilmu
(nasehat) dari yang dia suka saja ..., bukan ilmu yg disampaikan, tapi siapa
yang menyampaikan ...?
Tertutup hatinya.
Tertutup akal pikirannya.
Tertutup pendengarannya.
Tertutup logikanya.
Ia selalu merasa cukup dengan pendapatnya
sendiri.
Parahnya lagi ...,
Dia tidak menyadari bahwa pemahamannya yang
gagal itu, menjadi bahan tertawaan orang yang paham.
Dia tetap dengan dirinya,
dan dia bangga dengan
ke-gagal paham-annya ...
"Kok paham ada di tingkat terbawah dan
gagal paham di tingkat yang paling tinggi ? Apa tidak terbalik ?"
"Orang semakin paham akan semakin
membumi, menunduk, merendah."
Dia menjadi bijaksana, karena akhirnya dia
tahu, bahwa sebenarnya banyak sekali ilmu yang belum dia ketahui, dia merasa
se-akan2 dia tidak tahu apa-apa ...
Dia terus mau menerima ilmu, darimana-pun
ilmu itu datangnya.
Dia tidak melihat siapa yang bicara, tetapi
dia melihat ..., apa yang disampaikan ...!
Dia paham ...,
ilmu itu seperti air, dan air hanya
mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Semakin dia merendahkan hatinya, semakin
tercurah ilmu kepadanya.
Sedangkan gagal paham itu ilmu tingkat
tinggi.
dia seperti balon gas yang berada di atas
awan.
Dia terbang tinggi dengan kesombongannya
...,
Memandang rendah ke-ilmuan lain yang tak
sepaham dengannya,
Dan merasa akulah kebenaran ... !!!
Masalahnya ..., dia tidak mempunyai pijakan
yang kuat, sehingga mudah ditiup angin, tanpa mampu menolak.
Sering berubah arah, tanpa kejelasan yang
pasti.
Akhirnya dia terbawa ke-mana2 sampai
terlupa jalan pulang ..., dia tersesat dengan pemahamannya dan lambat laun akan
dibinasakan oleh kesombongannya ...
Dia akan mengakui ke-gagal paham-annya ...,
dengan penyesalan yang amat sangat dalam.
"Jadi yang perlu diingat ...,
akal akan berfungsi dengan benar, ketika
hatimu merendah ...
Ketika hatimu meninggi.., maka ilmu
juga-lah yang akan membutakan si pemilik akal ..."
Ternyata di situlah kuncinya.
"Lidah orang bijaksana, berada didalam
hatinya, dan tidak pernah melukai hati siapapun yang mendengarnya ..., tetapi
hati orang dungu, berada di belakang lidahnya, selalu hanya ingin perkataannya
saja yang paling benar dan harus didengar ... !!!"
"Ilmu itu open ending"
Makin digali makin terasa dangkal.
Jadi kalau ada orang yang merasa sudah tahu
segalanya, berarti dia tidak tahu apa2 ... !!!"
Semoga bermanfaat. Aamiin