Papua 2 jam lebih awal dari Jakarta,
Tapi tidak berarti Jakarta lambat, atau
Papua cepat.
Keduanya bekerja sesuai "Zona
Waktu"-nya masing-masing.
Seseorang masih sendiri. Seseorang menikah
dan menunggu 10 tahun utk memiliki momongan.
Ada juga yang memiliki momongan dalam
setahun usia pernikahannya.
Seseorang lulus kuliah di usia 22th, tapi
menunggu 5 tahun untuk mendapatkan pekerjaan tetap; yang lainnya lulus di usia
27th dan langsung bekerja.
Seseorang menjadi CEO di usia 25th dan
meninggal di usia 50th, disaat yang lain menjadi CEO di usia 50th dan hidup
hingga usia 90th.
Setiap orang bekerja sesuai "Zona
Waktu"-nya masing-masing.
Seseorang bisa mencapai banyak hal dengan
kecepatannya masing-masing.
Bekerjalah sesuai "Zona Waktu"mu.
Kolegamu, teman-teman, adik kelasmu,
mungkin "tampak" lebih maju.
Mungkin yang lainnya "tampak" di
belakangmu.
Setiap orang di dunia ini berlari di
perlombaannya sendiri, jalurnya sendiri, dalam waktunya masing-masing.
Allah punya rencana berbeda untuk
masing-masing orang dan waktu yang berbeda untuk setiap orang.
Obama pensiun dari presiden di usia 55th,
dan Donald Trump maju untuk menjadi presiden, di usianya yang ke 70th.
Jangan iri kepada mereka atau
mengejeknya...
Itu "Zona Waktu" mereka.
Kamu pun berada di "Zona Waktu"mu
sendiri !
Kamu tidak terlambat.
Kamu tidak lebih cepat.
Kamu sangat sangat tepat waktu !
Tetaplah kejar keberkahan Allah…agar sampai
pada muara kebahagiaan di surga-Nya.
Kamu di "Zona Waktu"mu !
Semoga Allah paring Ridho dengan segala
aktivitas
[2/22, 1:00 PM] Witsqa F.A.: KALAU KAU
TEMAN BAIKKU, MENGAPA KAU BIARKAN AKU DISIKSA ?
.
Aku punya seorang teman baik dari zaman
kanak-kanak bernama Lim Wei Choon. Sama-sama sejak sekolah dasar sampai ke SMA.
.
Setelah SMA, aku masuk ke Perguruan Tinggi
sedangkan Lim diantar keluarganya utk melanjutkan sekolah ke Amerika.
.
Kenangan sewaktu kanak-kanak hingga ke
zaman remaja terlalu banyak yang bisa dikenang bersama.
.
Setiap kali hari raya datang, Lim pasti
berkunjung ke rumahku untuk menikmati dodol ayahku yang sangat disukainya.
.
Kadangkala, jika ada acara di rumahku,
pasti Lim akan ikut serta. Aku jarang ke rumahnya kecuali untuk acara2 seperti
menyambut Tahun Baru Cina. Aku takut dengan anjing peliharaan keluarga Lim.
.
Dengan Lim aku banyak belajar matematika,
sedangkan Lim sering belajar Bahasa Malaysia kepadaku.
.
Kenangan-kenangan seperti memancing, mandi
di air terjun, bolos sekolah untuk melihat pertandingan ‘breakdance’, semuanya
kami jalani bersama-sama.
.
Apa yang ingin ku sampaikan adalah, warna
kulit dan perbedaan agama tidak pernah menjadi penghalang persahabatan kami.
.
20 tahun telah berlalu, Lim telah menetap
di Amerika setelah berhasil mendapatkan Green Card, ia bekerja disana. Itu yang
kutahu dari kakaknya.
.
Hubungan aku dengan Lim terputus setelah
dia melanjutkan sekolah. Maklumlah, di zaman kami dulu tidak ada internet,
email atau telepon genggam, yang ada cuma sesekali mengirim kartu pos bertanya
kabar. Untuk menulis surat kepada laki-laki sangat malas kami rasakan.
.
Suatu pagi. Aku bertemu dengan kakak Lim di
pasar , kakaknya memberitahu Lim akan pulang ke tanah air. Dan aku sangat
terkejut dengan berita yang kudengar dari kakaknya.
.
“Namanya sekarang bukan lagi Lim Wei Choon.
Namanya sekarang Ahmad Zulfakar Lim sejak 5 tahun lalu… Subhanallah!
.
Syukur Alhamdulillah, teman baikku telah
mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Memang aku tak sabar untuk
berjumpa dengannya lebih-lebih lagi setelah menjadi saudara seagama denganku.
.
Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba, dan
sore itu aku bertemu dengan Lim dirumahnya. Ada satu perasaan istimewa
menyambut kepulangannya.
.
Ketika aku tiba, tamu2 di rumah Lim sudah
banyak yang pulang…
.
Assalamu’alaikum… Itulah kalimat pertama
dari mulutnya, wajahnya sudah jauh berubah, air mukanya amat redup dan tenang.
.
Aku menjawab salam dan berpelukan dengannya
dan kami menangis layaknya kekasih yang sudah terlalu lama terpisah.
.
‘Ini dia olang memang sudah lama kawan,
dari kecik ini dua olang” Ibu Lim menjelaskan pada beberapa orang tamu yang
melihat peristiwa kami berpelukan dan menangis itu.
.
Tetapi aku bukan menangis karena apa2,
tetapi karena amat terharu dan sangat bersyukur melihat keislaman temanku. Lim
mengajak aku duduk di halaman rumahnya untuk mengobrol.
.
Ia masih fasih berbahasa Melayu walau sudah
lama berada di perantauan.
.
Setelah cukup lama mengobrol, Lim bertanya
padaku : "Talha, kau teman baikku kan? Betul kan ?"
.
Aku menjawab : "Iyalah..aku teman
baikmu. Kenapa kau tanya seperti itu?"
.
Kalau kau teman baikku, kenapa kau biarkan
aku disiksa?
.
Sorry Lim. Aku tak paham… disiksa? What do
you mean?
.
Coba kau pikir, kita ini teman dari kecil.
Aku ingat lagi, rumah kau itu, is my second house, rumah kedua bagiku.
.
Tapi, mengapa kau tak pernah ceritakan pada
aku tentang Islam?
.
Mengapa setelah aku pergi ke Amerika aku
baru tahu tentang Islam? Mengapa bukan di Malaysia, negara Islam ini?
.
Dan mengapa aku di-Islamkan oleh seorang
bekas pendeta Kristen ?
.
Aku terdiam, kelu tak mampu menjawab. Dan
Lim terus berkata-kata. Kalau betullah kau teman baik aku, Kenapa kau cuma mau
baik dengan aku di dunia saja? Kau suka lihat teman baik kau ini disiksa di
dalam api neraka?
.
Kau tahu, kalaulah aku ini tak sempat masuk
Islam hingga aku mati, maka aku akan tuntut semua orang Islam dalam kampung
kita ini sebab mereka tak sampaikan dakwah Islam ini pada aku dan keluarga aku
serta orang2 non muslim yang lain.
.
Kau sadar tidak, kau sudah diberikan nikmat
besar oleh Allah dengan lahir dalam keluarga Islam.
.
Tapi, nikmat itu bukan untuk kau nikmati
seorang diri, atau untuk keluarga kau sendiri. Kau dilahirkan dalam Islam
adalah karena ditugaskan untuk sampaikan Islam pada orang-orang yang dilahirkan
dalam keluarga bukan Islam seperti aku.
.
Aku masih tertunduk dan tak bisa berkata
apa-apa karena sangat malu. Berdakwah adalah tugas muslim yang paling utama,
sebagai pewaris Nabi, penyambung Risalah.
.
Tetapi apa yang aku lihat, orang melayu ini
tidak ada semangat jihad, tidak ada keinginan untuk berdakwah.
.
Bagaimana Allah akan menolong bangsa ini
kalau bangsa ini tidak menolong agama Allah ?
.
Aku merasa kesal sendiri… sepatutnya nikmat
ini aku bisa gunakan dengan betul dan tepat, karena selagi aku belum pernah berdakwah,
jangan berpikir kalau aku sudah bersyukur pada Allah.
.
Dan satu lagi, jangan dengan mudah aku
mencap orang-orang bukan Islam itu sebagai kafir karena kafir itu berarti
ingkar.
.
Kalau aku sudah sampaikan seruan masuk
Islam dengan betul, kemudian mereka ingkar dan berpaling, barulah aku boleh
panggil mereka kafir.
.
Aku menjadi sangat malu, karena apa yang
dikatakan oleh Lim adalah benar. Dan aku pun tak pernah terpikir selama ini.
Aku hanya sibuk untuk memperbaiki amalan diriku sendiri sehingga lupa pada
tugasku yang sebenarnya.
.
Baru aku paham, seandainya tugas berdakwah
ini telah aku laksanakan, maka barulah Allah akan memberikan pertolongan,
bantuan dan kekuatan serta mempermudah segala urusan dunia dan akhiratku.
.
Sore itu aku pulang dengan satu semangat
baru.
.
Aku ingin berdakwah!
.
Lim yang baru memeluk Islam selama 5 tahun
itu pun telah mengislamkan lebih dari 20 orang termasuk adiknya. Mengapa aku
yang hampir 40 tahun Islam ini tidak pernah menyampaikan dengan serius kepada
satu orang pun yang bukan Islam ?
.
Semoga Allah mengampuni diriku yang tidak
menyadari apa itu arti nikmat dilahirkan sebagai seorang muslim.
(Kisah diatas dikirim seorang teman
Malaysia dalam bahasa Melayu, telah diedit dan disadur ke dalam bahasa
Indonesia agar lebih banyak sahabat yg mendapat manfaat, terutama bagi diri
saya sendiri. Selamat Berdakwah ! Teman Baikmu, MN)