Bismillah…
Apa kabar, kawan-kawan? Semoga selalu
sehat yaaaaa J
Mau sedikit cerita nih.
Sebagai
“bule” di negara asing tentunya terasa menyenangkan. Sebenarnya, tak sepenuhnya
seperti itu. Sebagai bule, kita memang diperlakukan istimewa, namun terkadang
diacuhkan karna dianggap tidak tahu apa-apa, contoh seringnya adalah dianggap
tidak mengerti Bahasa mereka. Dari mulai perilaku kikuk sampai memalukan tak
dapat dipungkiri adanya, terus saja terjadi disaat yang tak terduga-duga.
Namun, prinsip “Bule tak pernah salah”, yang aku beserta kedua temanku
aplikasikan semenjak kedatangan kami di negeri dua benua (Turki) ini, bisa
dikatakan 89,99% manjur. Ya, seperti yang telah kukatakan sebelumnya, bule
memang tak pernah salah, namun hobinya mempermalukan diri sendiri.
Sedotan (Indonesian), Straw (English), Pipet (Turkish) |
Pikiranku
melayang menuju awal kedatangan ke Turki. Berselang kira-kira 2 sampai 3 bulan setelah
menetap di Turki ini, membuatku yang sudah terdaftar kedalam kelas Persiapan
Bahasa (Bahasa Turki) atau yang biasa disebut TOMER ini sedikit banyak mengerti
Bahasa Turki. Suatu hari selepas TOMER, aku beserta kedua temanku melesat
menuju pusat kota Ankara dan berencana untuk mengisi perut yang sudah
berdendang riuh rendah ini dengan makanan lezat khas Arab yang menjadi favorit
kami semenjak kami di Turki. Dari pesanan seluruh pessanan kami, ada keganjilan
yang aku sadari. Kami diberi minuman dingin tanpa sedotan. Alih-alih aku
beranjak dari kursiku untuk menemui pelayan maupun chefnya. Namun sesampainya
aku dihadapan mereka, aku terdiam membisu. Bingung, apa yang harus kukatakan,
aku sama sekali tidak mengetahui apa Bahasa Turki nya sedotan. Bagai bidak
catur yang sudah terlanjur skak mat,
aku mengangkat kedua lengan tanganku, menaikkannya sejajar dengan wajahku. Tanpa
pikir panjang, tanganku melambai-lambai bagai memegang gelas, dan memonyongkan
bibir sambil menghirup-hirup dengan harapan mereka mengerti bahwa yang aku
maksudkan adalah sedotan. Iya, inilah satu-satunya jalan terakhir yang bisa
dikatakan paling ampuh, body language.
Tak dapat lagi kubayangkan bagaimana malunya diriku. Aku sudah mengatakan, “Yang
buat minum itu apa?”, tetap saja pelayan dan chef di restoran kecil itu tidak
memahami maksudku, dengan penuh rasa penasaran berkata,
“Ayo sebutkan,
kamu mau apa?”, ujarnya sedikit tidak bersabar.
Handphone? Sayangnya,
aku meletakkan handphoneku bersama kedua temanku itu. Mana sempat aku ambil
handphone hanya untuk mengecek apa Bahasa Turki dari sedotan. Beberapa detik keheningan
menyelimuti restoran kecil atau yang biasa disebut lokanta itu. Entah darimana muncul, bapak chef tersebut mendapatkan
ilham atas apa yang aku inginkan. Tepat sekali, ia menunjuk kea rah sedotan
yang rapi tersembunyi disimpan dibawah meja-meja. Jelas saja aku tak melihat
sedikitpun potongan keberadaan sedotan tersebut. Dengan penuh keramahan ia
meminta ku untuk mendekat,
“Bunun adi
pipet. Tamam? Pi….pet. Unutma.1”, ujarnya sembari menegaskan
berkali-kali.
Tepat setelah
hari itu, aku tak pernah lupa apa bahasa Turki nya sedotan…. J
Note:
1 Namanya
adalah sedotan. Mengerti? Se…do…tan. Jangan lupa
Terima Kasih. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi pembacanya.
Kritik dan saran bisa dilampirkan J
Mohon maaf
jika banyak kesalahan dalam penulisan, karena tujuan saya hanya ingin sharing
pengalaman.