(Dari ayah via WhatsApp)
Pada saatnya anak-anak akan pergi,
meninggalkan kita, sepi...
Mereka bertebaran di muka bumi untuk
melaksanakan tugas hidupnya; berpencar, berjauhan.
Sebagian di antara mereka mungkin ada yang
memilih untuk berkarya dan tinggal di dekat kita agar berkhidmat kepada kita.
Mereka merelakan terlepasnya sebagian
kesempatan untuk meraih dunia karena ingin meraih kemuliaan akhirat dengan
menemani dan melayani kita.
Tetapi pada saatnya, kita pun akan pergi
meninggalkan mereka.
Entah kapan.
Pergi dan tak pernah kembali lagi ke dunia
ini....
Sebagian di antara kematian adalah
perpisahan yang sesungguhnya; berpisah dan tak pernah lagi berkumpul dalam
kemesraan penuh cinta.
Orangtua dan anak hanya berjumpa di hadapan
Mahkamah Allah Ta'ala, saling menjadi musuh satu sama lain, saling menjatuhkan.
Anak-anak yang terjungkal ke dalam neraka
itu tak mau menerima dirinya tercampakkan sehingga menuntut tanggung-jawab
orangtua yang telah mengabaikan kewajibannya mengajarkan agama.
Adakah itu termasuk kita?
Alangkah besar kerugian di hari itu jika
anak dan orangtua saling menuntut di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala.
Inilah hari ketika kita tak dapat dibela
pengacara, dan para pengacara tak dapat membela diri mereka sendiri.
Lalu apakah yang sudah kita persiapkan
untuk mengantarkan anak-anak pulang ke kampung akhirat?
Dan dunia ini adalah ladangnya...
Sebagian di antara kematian itu adalah
perpisahan sesaat; amat panjang masa itu kita rasakan di dunia, tapi amat
pendek bagi yang mati.
Mereka berpisah untuk kemudian dikumpulkan
kembali oleh Allah Jalla wa 'Ala. Tingkatan amal mereka boleh jadi tak
sebanding.
Tapi Allah Ta'ala saling susulkan di antara
mereka kepada yang amalnya lebih tinggi.
Allah Ta'ala berfirman:
"Dan orang-orang yang beriman dan yang
anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu
mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal
mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya."
(QS. Ath-Thuur, 52: 21).
Diam-diam bertanya, adakah kita termasuk
yang demikian ini?
Saling disusulkan kepada yang amalnya lebih
tinggi.
Termasuk kitakah?
Adakah kita benar-benar mencintai anak
kita?
Kita usap anak-anak kita saat mereka sakit.
Kita tangisi mereka saat terluka.
Tapi adakah kita juga khawatiri nasib
mereka di akhirat?
Kita bersibuk menyiapkan masa depan mereka.
Bila perlu sampai letih badan kita.
Tapi adakah kita berlaku sama untuk
"masa depan" mereka yang sesungguhnya di kampung akhirat?
Tengoklah sejenak anakmu.
Tataplah wajahnya. Adakah engkau relakan
wajahnya tersulut api nereka hingga melepuh kulitnya?
Ingatlah sejenak ketika engkau merasa risau
melihat mereka bertengkar dengan saudaranya.
Adakah engkau bayangkan ia bertengkar
denganmu di hadapan Mahkamah Allah Ta'ala karena lalai menanamkan tauhid dalam
dirinya?
Ada hari yang pasti ketika tak ada pilihan
untuk kembali.
Adakah ketika itu kita saling disusulkan ke
dalam surga atau saling bertikai?
Maka, cintai anakmu untuk selamanya!
Bukan hanya untuk hidupnya di dunia.
Cintai mereka sepenuh hati untuk suatu masa
ketika tak ada sedikit pun pertolongan yang dapat kita harap kecuali
pertolongan Allah Ta'ala.
Cintai mereka dengan pengharapan agar tak
sekedar bersama saat dunia, lebih dari itu dapat berkumpul bersama di surga.
Cintai mereka seraya berusaha mengantarkan
mereka meraih kejayaan, bukan hanya untuk kariernya di dunia yang sesaat. Lebih dari itu untuk kejayaannya di masa yang
jauh lebih panjang.
Masa yang tak bertepi...